Cerita Di Gunung Gede bagian 4

Cerita Di Gunung Gede bagian 4



Pacar Hijab Binal
mssluttyvani.nfss.my.id Size: 35.57 MB / Uploaded: 2023-06-19
Jika tidak mengunduh secara otomatis, klik Unduh lagi. Dan jika linknya rusak, silahkan lapor melalui halaman Formulir Kontak blog ini.


Rara merasa bingung dan takut. Dia tidak tahu harus memilih apa. Dia merasa tertarik dengan tawaran Ki Gede Pangrango, tapi dia juga merasa sayang dengan teman-temannya. Dia merasa ingin menjadi putri Gunung Gede, tapi dia juga merasa ingin tetap menjadi dirinya sendiri.
Rara menatap Ki Gede Pangrango dengan tatapan yang penuh dengan kebingungan dan ketakutan. Dia tidak bisa mengucapkan apa-apa.
Ki Gede Pangrango menatap Rara dengan tatapan yang penuh dengan harapan dan cinta. Dia tidak bisa menunggu lagi.
Ki Gede Pangrango kemudian meraih tangan Rara dan menariknya keluar dari tenda. Dia membawa Rara menuju ke puncak gunung dengan cepat dan kuat.
Rara terkejut dan berteriak. Dia mencoba melepaskan diri dari cengkeraman Ki Gede Pangrango, tapi dia tidak berhasil. Dia terlalu lemah dan tak berdaya.
"Lepaskan aku! Lepaskan aku!" teriak Rara.
"Tenanglah, anakku. Aku tidak akan menyakitimu. Aku hanya ingin membawamu ke puncak gunung dan memberimu inisiasi sebagai putri Gunung Gede. Percayalah padaku, ini adalah hal terbaik yang bisa terjadi padamu," kata Ki Gede Pangrango.
"Tidak! Tidak! Aku tidak mau! Aku tidak mau!" teriak Rara.
Teriakan Rara membangunkan Riko dan teman-temannya yang lain. Mereka juga membuka matanya dan melihat ada sesuatu yang aneh terjadi di luar tenda mereka. Mereka melihat ada seorang lelaki tua yang berpakaian serba putih yang sedang membawa Rara menuju ke puncak gunung.
"Ada apa itu? Siapa itu? Kenapa dia membawa Rara?" tanya Riko dengan kaget.
"Aku tidak tahu. Tapi, sepertinya itu adalah Ki Gede Pangrango, penjaga Gunung Gede," jawab Rina dengan takut.
"Ki Gede Pangrango? Penjaga Gunung Gede? Apa maksudnya?" tanya Rudi dengan bingung.
"Aku pernah dengar cerita tentang Ki Gede Pangrango dari orang-orang di sini. Katanya, dia adalah leluhur penduduk Jawa Barat yang diyakini sebagai penjaga Gunung Gede. Dia memiliki kekuatan gaib yang luar biasa dan bisa berubah wujud sesuka hati. Dia juga suka mencari anak-anak muda yang baik hati dan cinta alam untuk dijadikan anak-anaknya. Dia akan memberi mereka kekuatan untuk melindungi alam ini dari segala ancaman," kata Raka dengan tahu.
"Wow, itu kisah yang luar biasa. Tapi, apakah itu benar-benar terjadi?" tanya Rudi lagi.
"Ya, siapa yang tahu? Mungkin itu hanya dongeng belaka. Tapi, ada juga yang bilang kalau kisah itu benar adanya. Katanya, ada beberapa orang yang pernah menjadi anak-anak Ki Gede Pangrango dan mendapatkan kekuatan untuk melihat, mendengar, dan berbicara dengan alam. Mereka menjadi orang-orang yang sangat dihormati dan disegani di sini," kata Raka lagi.
"Wow, itu lebih luar biasa lagi. Tapi, apakah ada buktinya?" tanya Rudi lagi.
"Katanya sih, ada buktinya. Orang-orang yang menjadi anak-anak Ki Gede Pangrango memiliki tanda khusus di tubuh mereka. Mereka memiliki tahi lalat berbentuk bintang di dahi mereka. Tahi lalat itu merupakan simbol dari kekuatan mereka," kata Raka lagi.
"Wow, tahi lalat bintang. Keren banget," kata Rudi dengan kagum.
"Tapi, sayangnya, tidak semua orang bisa menjadi anak-anak Ki Gede Pangrango. Hanya orang-orang yang terpilih yang bisa mendapatkan kesempatan itu. Orang-orang yang memiliki hati yang baik dan cinta alam. Orang-orang yang bersedia meninggalkan dunia ini dan hidup di puncak gunung bersama Ki Gede Pangrango. Orang-orang yang bersedia menjadi penjaga Gunung Gede selamanya," kata Raka lagi.
"Wow, itu sangat berat sekali. Aku tidak tahu apakah aku bisa melakukan itu," kata Rudi dengan ragu.
"Aku juga tidak tahu. Tapi, sepertinya Rara adalah salah satu orang yang terpilih oleh Ki Gede Pangrango. Mungkin dia memiliki hati yang baik dan cinta alam. Mungkin dia bersedia meninggalkan dunia ini dan hidup di puncak gunung bersama Ki Gede Pangrango. Mungkin dia bersedia menjadi putri Gunung Gede selamanya," kata Raka lagi.
"Wow, itu sangat mengejutkan sekali. Aku tidak pernah menyangka bahwa Rara adalah orang yang seperti itu," kata Rudi dengan heran.
"Aku juga tidak pernah menyangka. Tapi, sekarang kita harus bagaimana? Apakah kita harus membiarkan Rara pergi dengan Ki Gede Pangrango? Apakah kita harus menolong Rara dari Ki Gede Pangrango?" tanya Riko dengan khawatir.
"Aku tidak tahu. Tapi, aku rasa kita harus menolong Rara dari Ki Gede Pangrango. Kita tidak bisa membiarkan teman kita pergi begitu saja. Kita harus membawanya kembali ke sini. Kita harus membawanya kembali ke dunia ini," kata Rina dengan tegas.
"Ya, aku setuju dengan Rina. Kita harus menolong Rara dari Ki Gede Pangrango. Kita harus membawanya kembali ke sini. Kita harus membawanya kembali ke dunia ini," kata Rudi dengan setuju.
"Ya, aku juga setuju dengan Rina dan Rudi. Kita harus menolong Rara dari Ki Gede Pangrango. Kita harus membawanya kembali ke sini. Kita harus membawanya kembali ke dunia ini," kata Raka dengan setuju.
"Baiklah, kalau begitu kita semua setuju untuk menolong Rara dari Ki Gede Pangrango. Ayo, kita segera beraksi. Kita harus cepat sebelum terlambat," kata Riko dengan tegas.
Mereka berempat kemudian mengambil barang-barang mereka dan berlari menuju ke puncak gunung. Mereka berusaha mengejar Ki Gede Pangrango dan Rara yang sudah jauh di depan mereka.
Mereka berempat berlari dengan sekuat tenaga dan secepat kilat. Mereka tidak peduli dengan rintangan yang ada di depan mereka. Mereka hanya peduli dengan teman mereka yang sedang dalam bahaya.
Mereka berempat sampai di puncak gunung sekitar pukul tiga siang. Di puncak gunung, mereka melihat sebuah pemandangan yang sangat aneh dan mengerikan.
Mereka melihat Ki Gede Pangrango sedang berdiri di tepi kawah yang besar dan dalam. Dia sedang memegang tangan Rara yang sudah tidak sadarkan diri. Dia sedang mengucapkan mantra-mantra gaib yang tidak bisa mereka mengerti.
Mereka juga melihat ada banyak makhluk-makhluk halus yang sedang mengelilingi Ki Gede Pangrango dan Rara. Makhluk-makhluk halus itu berwujud seperti binatang-binatang buas, seperti harimau, ular, burung, dan lain-lain. Makhluk-makhluk halus itu mengeluarkan suara-suara yang menyeramkan dan mengancam.
Mereka juga melihat ada banyak api dan asap yang keluar dari dalam kawah. Api dan asap itu berwarna-warni, seperti pelangi. Api dan asap itu menyala-nyala dan bergoyang-goyang.
Mereka berempat sangat terkejut dan takut melihat pemandangan yang ada di depan mata mereka. Mereka merasa seperti berada di neraka.
"Apa ini? Apa yang sedang terjadi?" tanya Riko dengan ketakutan.
"Ini adalah ritual inisiasi untuk menjadikan Rara sebagai putri Gunung Gede,"



0 Response to "Cerita Di Gunung Gede bagian 4"

Posting Komentar

Kamu dapat membuat post seperti diatas .kirim email ke ucupadwords@gmail.com, tunggu balasan email dari kami.